Selasa, 17 Januari 2017

Sinopsis Kdung Tunjung Biru



Sinopsis Kidung Tunjung Biru

Alkisah diceritakan seorang pemuda bernama Wargasantun sangat senang ke pasar bersama teman-temannya. Ia demikian karena ada seorang gadis yang disukainya di pasar. Setiap hari ia menunggu disebuah balai kecil yang dinaungi pohon beringin. Dari tempat itu ia selalu memandangi gadis yang disukainya.
Pada suatu pagi setelah ia selesai berdandan, pergilah ia ke pasar seperti biasannya. Beberapa saat kemudian datanglah gadis yang disukai bersama dua orang saudaranya. Tunjung Biru, demikian namanya bersama dua orang saudara yakni Tunjung Barak dan Tunjung Putih. Dikabarkan ketiganya adalah putri dari seorang kepala desa dar timur. Ketiganya senantiasa menjual bunga.
Setibanya di pasar dan selesai menggelar dagangan, datanglah Wargasantun bersama teman-temannya menghampiri sembari merayu mereka. Hingga sampai tiba waktunya untuk pulang mereka pun saling berpisah. Tetapi Wargasantun merasa ingin sekali mengikuti ketiga gadis tersebut kemanapun perginya. Bergegaslah ia menyusul para gadis dengan pelan-pelan berjalan dibelakang mereka. Ketiga gadis tersebut telah menyadari bahwa mereka diikuti dan tidak terlalu menghiraukan. Sampai pada suatu tempat mereka beristirahat dan Wargasantun menghampiri sambil bertanya-tanya sambil sesekali merayu.
Beberapa saat kemudian mereka berempat kembali melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan banyak keindahan yang ditemui sampai-sampai mereka kelangen. Hingga tidak sadar telah sampai dirumah para gadis. Sesampanya dirumah, ibu dari Tunjung biru segera menyapa dan mengantarkan Wargasantun bertemu dengan ayah Ni Tunjung biru. Disini terjadi percakapan panjang tentang masa lalu mereka. Sampai disadarilah bahwa ternyata mereka adalah berkerabat dekat. Wargasantun dan Tunjung biru adalah bersepupu. Disinilah muncul niat sang Ayah untuk menyatukan keduanya dengan jalan pernikahan. Segera setelah itu mereka dinikahkan.
Wargasantun sangat menikmati perjalanan cintanya hingga kebangku pernikahan dan kini tiba saat diperaduan. Keduanya saling melempar asmara dan senantiasa bercumbu. Suatu saat tibalah waktunya untuk bersembahyang ke Kahyangan yang ada di puncak gunung. Setelah semua dipersiapkan mereka bergegas berangkat. Sesampainya di tempat yang dituju mereka melaksanakan persembahyangan sebagaimana mestinya. Setelah selesai mereka diajak berkeliling menikmati keindahan oleh sang pendeta.
Disaat menikmati keindahan alam inilah mereka saling menyadari kehidupan dan akhirnya moksah hilang menuju kahyangan sorga. Disorga mereka kembali dipertemukan dengan orang tua masing-masing. Disinilah mereka diberi wejangan tentang arti hidup dan kehidupan. Banyak hal yang dituturkan sampai pada akhir cerita.