Sinopsis Kidung Tunjung Biru
Alkisah diceritakan seorang pemuda bernama Wargasantun sangat
senang ke pasar bersama teman-temannya. Ia demikian karena ada seorang gadis
yang disukainya di pasar. Setiap hari ia menunggu disebuah balai kecil yang
dinaungi pohon beringin. Dari tempat itu ia selalu memandangi gadis yang
disukainya.
Pada suatu pagi setelah ia selesai berdandan, pergilah ia ke
pasar seperti biasannya. Beberapa saat kemudian datanglah gadis yang disukai
bersama dua orang saudaranya. Tunjung Biru, demikian namanya bersama dua orang
saudara yakni Tunjung Barak dan Tunjung Putih. Dikabarkan ketiganya adalah
putri dari seorang kepala desa dar timur. Ketiganya senantiasa menjual bunga.
Setibanya di pasar dan selesai menggelar dagangan, datanglah
Wargasantun bersama teman-temannya menghampiri sembari merayu mereka. Hingga
sampai tiba waktunya untuk pulang mereka pun saling berpisah. Tetapi
Wargasantun merasa ingin sekali mengikuti ketiga gadis tersebut kemanapun
perginya. Bergegaslah ia menyusul para gadis dengan pelan-pelan berjalan
dibelakang mereka. Ketiga gadis tersebut telah menyadari bahwa mereka diikuti
dan tidak terlalu menghiraukan. Sampai pada suatu tempat mereka beristirahat
dan Wargasantun menghampiri sambil bertanya-tanya sambil sesekali merayu.
Beberapa saat kemudian mereka berempat kembali melanjutkan
perjalanan. Dalam perjalanan banyak keindahan yang ditemui sampai-sampai mereka
kelangen. Hingga tidak sadar telah sampai dirumah para gadis. Sesampanya
dirumah, ibu dari Tunjung biru segera menyapa dan mengantarkan Wargasantun
bertemu dengan ayah Ni Tunjung biru. Disini terjadi percakapan panjang tentang
masa lalu mereka. Sampai disadarilah bahwa ternyata mereka adalah berkerabat
dekat. Wargasantun dan Tunjung biru adalah bersepupu. Disinilah muncul niat
sang Ayah untuk menyatukan keduanya dengan jalan pernikahan. Segera setelah itu
mereka dinikahkan.
Wargasantun sangat menikmati perjalanan cintanya hingga
kebangku pernikahan dan kini tiba saat diperaduan. Keduanya saling melempar
asmara dan senantiasa bercumbu. Suatu saat tibalah waktunya untuk bersembahyang
ke Kahyangan yang ada di puncak gunung. Setelah semua dipersiapkan mereka
bergegas berangkat. Sesampainya di tempat yang dituju mereka melaksanakan
persembahyangan sebagaimana mestinya. Setelah selesai mereka diajak berkeliling
menikmati keindahan oleh sang pendeta.
Disaat menikmati keindahan alam inilah mereka saling
menyadari kehidupan dan akhirnya moksah hilang menuju kahyangan sorga. Disorga
mereka kembali dipertemukan dengan orang tua masing-masing. Disinilah mereka
diberi wejangan tentang arti hidup dan kehidupan. Banyak hal yang dituturkan
sampai pada akhir cerita.